Selasa, 09 Desember 2014

Tulisan ini beraifat umum tetapi saya khusukan untuk dosen saya mas cerry yg inspiratif banget hehe



PESONA NEGERI DI ATAS AWAN
   Negeri di Atas Awan, apakah yang dimaksud dengan negeri di atas awan ? dimanakah negeri di atas awan itu ?
Bagi sebagian orang mungkin sudah tidak asing lagi mendengar istilah tersebut. yang tersirat dalam otak kita yaitu sebuah negeri bagai negeri dongeng di atas awan putih yang lembut dan pesona alam di bawahnya yang begitu memukau,begitulah yang tergambar saat kita memasuki wilayah dataran tinggi Dieng yang terletak di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Mengapa di sebut dengan Negeri di atas awan ?
Dieng atau yang lebih sering disebut sebagai “Negeri Diatas Awan” ini menyimpan kekayaan alam yang begitu beragam. Dieng disebut Negeri di atas awan karena kita bisa menikmati atmosfer kedinginan suhu diatas pegunungan, seolah-olah kita sedang berada diatas awan dan menikmati pemandangan yang indah. Karena letaknya yang berada di ketinggian maka Dieng memiliki temperatur yang cukup dingin untuk hari-hari biasa maksimum 15 derajat celcius, sedangkan temperature minimum 5 derajat celcius bahkan jika berada di puncak bukit perahu pada ¾ malam bisa mencapai suhu minus. Akan tetapi memasuki bulan Juni, Juli, Agustus dan September terjadi pergantian musim hujan ke musim kemarau. Maka pada bulan-bulan tersebut suhu udara pun turut berubah yang biasanya 15 derajat celcius, menjadi 18 derajat celcius pada siang hari. Sebaliknya pada malam hari pada umumnya 5 derajat celcius, turun sampai 5 bahkan nol derajat celcius. Akibatnya pada pagi hari tampaklah embun-embun beku (frost) yang menyerupai lapisan salju yang tipis terhampar indah di atas permukaan tanah, masyarakat biasa menyebutnya dengan embun upas atau “bun”.
embun upas atau masyarakat biasa menyebutnya dengan 'Bun'








Secara etimologis, nama atau sebutan “Dieng” berasal dari bahasa Sansakerta: “ardi” artinya gunung dan “hyang” ditafsirkan sebagai tempat persemayaman para dewa-dewi (Wirjosuparto, 1957), sekaligus pengertian ini dihubungkan dengan peninggalan purbakala berwujud candi yang banyak bertebaran di sana. Bangunan candi yang ada di daerah dataran tinggi Dieng ada lima kelompok. Empat kelompok merupakan Ceremonial Site yaitu kelompok Candi Pendawa, kelompok Candi Gatotkaca, kelompok Candi Bima dan kelompok Candi Dharawati atau Parikesit kemudian kelompok ke lima adalah kelompok bangunan profane atau bangunan tempat tinggal yang terletak tidak seberapa jauh dari kelompok bangunan sacral yang sama-sama berada di daratan (Subroto,1984:1). Dan menurut beberapa sumber yang berasal dari warga asli Dieng mengatakan bahwa kata “Dieng” berasal dari “Adi” yang berarti Indah dan “Aeng” yang berarti langka sehingga Dieng yaitu sebuah tempat yang berada di atas ketinggian,tempat bersemayamnya atau tinggalnya  para dewa yang memiliki keindahan yang langka. Hal tersebut akan memberikan kesan tersendiri dan hal alami yang menarik para wisatawan untuk berkunjung ke Dieng Plateau.


Objek wisata yang dapat kita nikmati di sana sangat beragam. Mulai dari Kawah Sikidang, Telaga Warna, Goa Jaran, Goa Sumur, Goa Semar, Bukit Sikunir, Batu Pandang, Dieng Theater, Candi-candi, perbukitan Gunung Perahu, Jurang Grawah, Gunung Kendil, Gunung Pakuwojo,bukit sikunir, Bismo Pangonan dan Sipendu dengan ketinggian antara 2.245 m- 2.395 m dan masih banyak jenis-jenis objek wisata lain nya. Obyek wisata di Dieng ini bisa diklasifikasikan sebagai wisata alam atau ecotourism yang mengandung aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan lingkungan.

 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3D4cgWtpnB5qUVa7nFimlJLjVdWPF7BzDngR5vvtAaPEcXKDkgmL3k1vTYnU0NnFlovlns5d2taoYJmp6AYckWwm8IEzRQ73mG9qOnoqPJXK7LOPHDLt-cazqSthh3xNkqE54yFP4uUDS/s1600/931dua+bocah.jpg
Selain wisata alam yang telah tersedia di Dieng, budaya masyarakat Dieng juga menjadi daya tarik tersendiri contohnya masyarakat Dieng masih sangat memegang kepercayaan mereka terhadap nenek moyang atau pendiri Dieng yaitu Kyai Kolodete. Fenomena anak gimbal yang ada di Dieng dipercayai bahwa anak tersebut adalah titisan dari Kyai Kolodete, untuk pemotongan atau ruwatan pengambilan gimbal pada anak tersebut juga dilakukan dengan tradisi dan upacara, hal-hal yang berkaitan dengan keaslian dari masyarakat setempat ini ynag memperkuat citra destinasi dari Dieng. Aspek ini bisa diklarifikasikan sebagai  wisata budaya atau cultural tourism. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar