PESONA NEGERI DI ATAS AWAN
Negeri di Atas Awan,
apakah yang dimaksud dengan negeri di atas awan ? dimanakah negeri di atas awan
itu ?
Bagi sebagian orang mungkin sudah
tidak asing lagi mendengar istilah tersebut. yang tersirat dalam otak kita
yaitu sebuah negeri bagai negeri dongeng di atas awan putih yang lembut dan
pesona alam di bawahnya yang begitu memukau,begitulah yang tergambar saat kita
memasuki wilayah dataran tinggi Dieng yang terletak di Kabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah. Mengapa di sebut dengan Negeri di atas awan ?
Dieng atau yang lebih sering disebut sebagai “Negeri
Diatas Awan” ini menyimpan kekayaan alam yang begitu beragam. Dieng disebut
Negeri di atas awan karena kita bisa menikmati atmosfer kedinginan suhu diatas
pegunungan, seolah-olah kita sedang berada diatas awan dan menikmati
pemandangan yang indah. Karena letaknya yang berada di ketinggian maka Dieng
memiliki temperatur yang cukup dingin untuk hari-hari biasa maksimum 15 derajat
celcius, sedangkan temperature minimum 5 derajat celcius bahkan jika berada di
puncak bukit perahu pada ¾ malam bisa mencapai suhu minus. Akan tetapi memasuki
bulan Juni, Juli, Agustus dan September terjadi pergantian musim hujan ke musim
kemarau. Maka pada bulan-bulan tersebut suhu udara pun turut berubah yang
biasanya 15 derajat celcius, menjadi 18 derajat celcius pada siang hari.
Sebaliknya pada malam hari pada umumnya 5 derajat celcius, turun sampai 5
bahkan nol derajat celcius. Akibatnya pada pagi hari tampaklah embun-embun beku
(frost) yang menyerupai lapisan salju yang tipis terhampar indah di atas
permukaan tanah, masyarakat biasa menyebutnya dengan embun upas atau “bun”.
|
Secara etimologis, nama atau
sebutan “Dieng” berasal dari bahasa Sansakerta: “ardi” artinya gunung dan
“hyang” ditafsirkan sebagai tempat persemayaman para dewa-dewi (Wirjosuparto,
1957), sekaligus pengertian ini dihubungkan dengan peninggalan purbakala
berwujud candi yang banyak bertebaran di sana. Bangunan candi yang ada di
daerah dataran tinggi Dieng ada lima kelompok. Empat kelompok merupakan Ceremonial
Site yaitu kelompok Candi Pendawa, kelompok Candi Gatotkaca, kelompok Candi
Bima dan kelompok Candi Dharawati atau Parikesit kemudian kelompok ke lima
adalah kelompok bangunan profane atau bangunan tempat tinggal yang terletak
tidak seberapa jauh dari kelompok bangunan sacral yang sama-sama berada di
daratan (Subroto,1984:1). Dan menurut beberapa sumber yang
berasal dari warga asli Dieng mengatakan bahwa kata “Dieng” berasal dari “Adi”
yang berarti Indah dan “Aeng” yang berarti langka sehingga Dieng yaitu sebuah
tempat yang berada di atas ketinggian,tempat bersemayamnya atau
tinggalnya para dewa yang memiliki keindahan yang langka. Hal tersebut
akan memberikan kesan tersendiri dan hal alami yang menarik para wisatawan
untuk berkunjung ke Dieng Plateau.
Objek wisata yang dapat kita nikmati
di sana sangat beragam. Mulai dari Kawah Sikidang, Telaga Warna, Goa Jaran, Goa
Sumur, Goa Semar, Bukit Sikunir, Batu Pandang, Dieng Theater,
Candi-candi, perbukitan Gunung Perahu, Jurang Grawah, Gunung Kendil, Gunung
Pakuwojo,bukit sikunir, Bismo Pangonan dan Sipendu dengan ketinggian antara
2.245 m- 2.395 m dan masih banyak jenis-jenis objek wisata lain nya. Obyek
wisata di Dieng ini bisa diklasifikasikan sebagai wisata alam atau ecotourism
yang mengandung aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan lingkungan.
Selain wisata alam yang telah tersedia di Dieng,
budaya masyarakat Dieng juga menjadi daya tarik tersendiri contohnya masyarakat
Dieng masih sangat memegang kepercayaan mereka terhadap nenek moyang atau
pendiri Dieng yaitu Kyai Kolodete. Fenomena anak gimbal yang ada di Dieng
dipercayai bahwa anak tersebut adalah titisan dari Kyai Kolodete, untuk
pemotongan atau ruwatan pengambilan gimbal pada anak tersebut juga dilakukan
dengan tradisi dan upacara, hal-hal yang berkaitan dengan keaslian dari
masyarakat setempat ini ynag memperkuat citra destinasi dari Dieng. Aspek ini
bisa diklarifikasikan sebagai wisata budaya atau cultural
tourism.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar